Ayo telusuri jejak sejarah dibalik gemerlap Malioboro

...Terhanyut aku akan nostalgi, saat kita sering luangkan waktu, nikmati bersama.. suasana Yogya...Jika mengingat lirik lagu ini semua terbayang dengan suasana kota Yogyakarta yang damai dan tenang.

Sudut Jalan Malioboro

Akhir pekan di penghujung bulan Februari lalu, saya dan teman melakukan perjalanan ke Kota Yogyakarta untuk menyelesaikan urusan pekerjaan. Rencananya setelah itu, kami hanya ingin menikmati suasana Yogyakarta menjelang senja dengan menyusuri wisata sejarah yang ada disepanjang Malioboro.




Senja di langit Malioboro



Dimulai dari stasiun kereta api Tugu Yogyakarta. Bangunan ini termasuk kedalam cagar budaya yang dikelola PT. KAI. Menurut sejarah,  Stasiun Tugu dibangun oleh pemerintah Belanda tahun 1887 dengan rute Yogyakarta - Cilacap. Secara arsitektur, bangunan berstruktur dinding tanpa atap hanya dinaungi tiang tiang yang terbuat dari baja. Dengan bukaan pintu dan jendela yang besar, ciri art deco bangunan abad 19 semakin terlihat.

Stasiun Tugu Yogyakarta

Dari Stasiun Tugu kami menyebrang jalan menuju gedung DPRD Yogyakarta. Terletak di jalan Malioboro no.54. Menurut sejarah, gedung ini dahulu bernama Loge Mataram artinya gedung besar. Didirikan tahun 1870. Gedung ini sebagai pusat kerajaan pewaris trah Mataram. Sewaktu Yogyakarta menjadi ibu kota Negara Republik Indonesia tahun 1946, digunakan sebagai Gedung Dewan Perwakilan Daerah hingga saat ini. Dihalaman depan terdapat patung Jendral Besar Soedirman yang kabarnya dipahat semasa beliau masih ada sehingga terdapat kemiripan dengan perawakan aslinya.

Patung Besar Jendral Soedirman di halaman gedung DPRD


Setelahnya, kami menyusuri tepi Malioboro menuju taman Kepatihan. Taman terbuka ini merupakan salah satu akses pintu masuk kantor Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta. Dapat dikategorikan sebagai taman tematik karena ada pemasangan cermim dengan lensa cembung dan cekung. Dihiasi dengan hamparan tanaman perdu dan bunga serta pepohonan. Dilengkapi dengan bangku taman serta ornamen bayangan lampu hias menjadikan taman ini menarik untuk objek foto di sore hari.

Titik Nol Kilometer Yogyakarta


Kemudian kami berjalan menuju titik nol kilometer Yogyakarta. Tempat ini berada di penghujung perempatan Benteng jalan besar Malioboro. Selain petunjuk arah kami melihat beberapa bangunan bersejarah seperti benteng Vredeburg, gedung Agung, gedung Kantor Pos, gedung Bank Indonesia dan gedung Bank BNI.

Gedung Bank Indonesia


Benteng Vredeburg. Dibangun tahun 1760 atas permintaan Sultan Hamengkubuwono I. Benteng ini dimaksudkan sebagai benteng perdamaian. Saat ini benteng ini dijadikan sebagai galeri seni dan menjadi bagian dari Istana Kepresidenan Gedung Agung.



Gedung Agung. Selesai dibangun pada tahun 1832, gedung ini dipakai seagai tempat tinggal para residen Gubernur Belanda di Yogyakarta. Ketika Ibu Kota Negara pindah ke Yogyakarta, gedung ini menjadi kediaman Presiden Soekarno. Hingga saat ini gedung Agung menjadi salah satu Istana Kepresidenan di Indonesia yang berada di luar Jakarta.



Titik nol kilometer adalah titik yang menjadi patokan penentuan jarak antar daerah di Yogyakarta dengan kota lain diluar Yogyakarta. Letak titik ini antara alun-alun utara hingga Ngajeman di ujung Selatan Malioboro. Kawasan titik nol kilometer diapit beberapa bangunan bersejarah peninggalan Belanda yang disebut loji. Selain itu tepat didepan titik nol kolimeter terdapat area Monumen Serangan Umum Satu Maret. Biasanya masyarakat memanfaatkan area terbuka ini menjadi tempat konser musik sederhana dengan memainkan alat musik tradisional.


Kantor Pos dibangun pada tahun 1912 oleh Departemen Pekerjaan Umum Hindia Belanda. Sejak awal berdiri hingga saat ini gedung ini hanya diperuntukkan sebagai kantor pos tempat berkirim lalu lintas berita melalui media kertas. Kondisi bangunan dengan gaya arsitektur Indische Empire Style dari abad 18 tergolong kedalam arsitektur transisi dan masih terawat dengan baik.

Gedung Bank BNI


Untuk bangunan gedung Bank Indonesia mempunyai ciri khas arsitektur bergaya Neo Renaissance yang  terletak tidak jauh dari gedung Kantor Pos Indonesia. Gedung ini dibangun pada tahun 1879 oleh biro arsitek Belanda.  Setelah beberapa kali berganti peruntukkan sejak jaman penjajahan, akhirnya gedung ini menjadi bagian dari program konservasi bangunan heritage yang dilakukan oleh Bank Indonesia dan saat ini difungsikan debagai museum dan cyber library kantor Bank Indonesia.



Seusai menyusuri Malioboro hari telah menjelang malam. Dan kami bergegas mencari kuliner untuk santap malam yang banyak disajikan di sepanjang tepi Malioboro. Oya sebagai saran, untuk wisata sejarah dengan menjelajah  Malioboro agar nyaman sebaiknya memilih hari selain akhir pekan. Karena suasana cenderung tidak terlalu ramai dan dapat berjalan santai tanpa harus berdesakan dengan lalu lalang pejalan kaki. Demikianlah pengalaman wisata sejarah di Malioboro. Tertarik untuk mencoba??


Artikel ini sudah tayang di detik travel detik.com dengan mengalami moderasi seperlunya oleh team detik travel dengan link sbb;


Istimewanya Malioboro Yogyakarta dan cerita dibaliknya


Komentar

  1. numpang promote ya min ^^
    Bosan tidak tahu mau mengerjakan apa pada saat santai, ayo segera uji keberuntungan kalian
    hanya di D*E*W*A*P*K
    dengan hanya minimal deposit 10.000 kalian bisa memenangkan uang jutaan rupiah
    dapatkan juga bonus rollingan 0.3% dan refferal 10% :)

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ingin ke Amsterdam? Via museum Fatahillah Jakarta saja

Tradisi Patekoan di Pantjoran Tea House

Karimun Jawa surga bawah laut yang menakjubkan...